Oleh: Fawwaz Asathiri Arsyad (Santri DBS Kelas 12)
Pagi itu, suasana hangat terasa di Masjid Al-Furqon, Kramat Raya 45. Saya dan teman-teman dari Dewan Dakwah Boarding School (DBS) mendapatkan kesempatan istimewa untuk bertemu dengan KH Abbas Aula, seorang ulama yang penuh hikmah. Dalam pertemuan tersebut, beliau menyampaikan wejangan yang mendalam tentang pentingnya menuntut ilmu sebagai bagian dari ibadah seorang Muslim.
KH Abbas Aula mengawali nasihatnya dengan menekankan bahwa dalam kehidupan seorang Muslim, ilmu memiliki kedudukan yang sangat mulia. “Ilmu adalah jembatan untuk mengenal Allah lebih dalam,” ujar beliau. Tidak hanya ilmu agama, ilmu umum pun menjadi sarana untuk memahami kebesaran Allah dalam menciptakan alam semesta.
Beliau mengutip hadits Rasulullah ﷺ: “Barang siapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim). Hadits ini menjadi pengingat bahwa menuntut ilmu bukan sekadar aktivitas duniawi, melainkan ibadah yang memiliki konsekuensi ukhrawi.
Ilmu Syar’i Sebagai Fondasi Kehidupan
Dalam Islam, ilmu syar’i, yang mencakup Al-Qur’an, Hadits, Fiqh, Aqidah, dan akhlak, memiliki posisi utama. KH Abbas Aula menjelaskan bahwa ilmu syar’i adalah landasan bagi seorang Muslim untuk menjalani hidup yang sesuai dengan syariat. Tanpa pemahaman yang mendalam tentang kewajiban dan larangan Allah, mustahil seseorang dapat mencapai ridha-Nya.
Namun, beliau juga menekankan bahwa kehidupan tidak hanya terdiri dari aspek ibadah ritual. Ada dimensi sosial, ekonomi, politik, dan lingkungan yang memerlukan ilmu umum. Oleh karena itu, Islam tidak memisahkan ilmu syar’i dan ilmu umum, melainkan melihat keduanya sebagai satu kesatuan yang saling melengkapi.
Ilmu Umum Dalam Perspektif Al-Qur’an
KH Abbas Aula memberikan contoh bagaimana ilmu umum terhubung dengan Al-Qur’an. Dalam Surah At-Taubah ayat 36, misalnya, Allah berbicara tentang perhitungan bulan dalam setahun, yang menjadi dasar ilmu matematika. Penciptaan langit dan bumi dalam Surah Ali Imran ayat 190-191 mendorong manusia untuk mempelajari fenomena alam, fisika, dan biologi.
Beliau mengingatkan bahwa memahami ilmu alam dan eksakta harus dimaknai sebagai cara mendekatkan diri kepada Allah. Sebagaimana firman-Nya dalam Surah Al-Alaq ayat 1-5, membaca dan menuntut ilmu hendaknya dilakukan “Dengan nama Tuhanmu.”
Pentingnya Niat yang Lurus
KH Abbas Aula juga menggarisbawahi pentingnya niat dalam menuntut ilmu. Beliau mengutip hadits Rasulullah ﷺ: “Barangsiapa yang mencari ilmu karena selain Allah atau untuk tujuan duniawi semata, maka ia akan menempati tempat duduknya di neraka.” (HR. Tirmidzi).
Hadits ini menjadi peringatan bahwa menuntut ilmu harus didasarkan pada niat yang tulus untuk meraih keridhaan Allah. Ilmu yang diperoleh dengan niat yang benar akan membawa keberkahan, baik bagi diri sendiri maupun masyarakat. Rasulullah ﷺ bersabda: “Jika anak Adam meninggal, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, atau doa anak yang saleh.” (HR. Muslim).
Harmonisasi Ilmu Syar’i dan Ilmu Umum
KH Abbas Aula menutup nasihatnya dengan pesan bahwa ilmu syar’i dan ilmu umum harus berjalan seiring. Keduanya adalah bekal untuk menghadapi kehidupan modern yang penuh tantangan. “Seorang Muslim yang memahami ilmu syar’i namun mengabaikan ilmu umum akan kesulitan memahami dinamika kehidupan. Sebaliknya, ahli ilmu umum tanpa dasar syar’i rentan kehilangan arah,” tegas beliau.
Sebagai penuntut ilmu, kita diajak untuk memperbaiki niat dan memanfaatkan setiap ilmu yang kita pelajari sebagai sarana ibadah. Ilmu yang bermanfaat akan menambah rasa syukur kepada Allah dan meningkatkan kualitas hidup umat manusia. Dengan begitu, ilmu menjadi jalan untuk menggapai ridha Allah dan kebahagiaan abadi di akhirat.
Semoga kita semua, sebagai tholabul ilmi, dapat menjadikan ilmu yang kita pelajari sebagai keberkahan yang terus mengalir, baik di dunia maupun akhirat.