Dalam suasana penuh kehangatan Idul Fitri 1446 H, Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) menyelenggarakan acara Haflah dan Silaturahim Idul Fithri 1446 H, di Markas DDII, Jalan Kramat Raya 45, Jakarta. Acara ini menjadi ajang silaturahmi akbar keluarga besar DDII dan sekaligus refleksi atas peran strategis dakwah dalam memperkuat kehidupan berbangsa dan bernegara.
Acara dihadiri oleh tokoh nasional, ulama, akademisi, dan perwakilan lembaga Islam dari seluruh Indonesia. Hadir pula pimpinan DDII Jakarta, Banten, Jawa Barat, Lampung, Jawa Timur, Solo Raya, dan sebagainya. Sejumlah pejabat negara yang hadir adalah Ketua MPR Ahmad Muzani, Menko Pangan Zulkifli Hasan, dan Wakil Ketua DPD RI, Tamsil Linrung.
Haflah kali ini menjadi wadah penyatuan visi dakwah dan penguatan komitmen keislaman serta keindonesiaan. Ketua Umum DDII, Dr. Adian Husaini, dalam sambutannya menegaskan pentingnya menjaga dan melanjutkan tiga aset besar warisan pendiri DDII: aset intelektual, aset keteladanan, dan aset wakaf.
“Dewan Dakwah kini hadir di 32 provinsi dan lebih dari 200 kabupaten/kota, mengirimkan ratusan dai ke berbagai pelosok negeri, dari Pulau Enggano hingga Pulau Buru,” ungkapnya dengan penuh semangat.
Yang istimewa kali ini, dibacakan surat resmi dari DDII kepada Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, yang mengusulkan penetapan tanggal 3 April sebagai Hari NKRI. Surat tersebut diserahkan langsung oleh Dr. Adian Husaini kepada Ketua MPR RI, Ahmad Muzani, sebagai bentuk apresiasi terhadap kontribusi besar tokoh Islam, Mohammad Natsir, dalam integrasi bangsa melalui Mosi Integral, 3 April 1950.
Dalam sambutannya, Ahmad Muzani menegaskan bahwa “hanya Indonesia yang berhasil mengubah bentuk negara menjadi kesatuan tanpa peperangan. Itu buah dari kedewasaan, visi kebangsaan, dan pengorbanan tokoh-tokoh Islam seperti Pak Natsir.”
Haflah tahun ini juga diwarnai testimoni menggugah dari Ustadz Majdi, dai senior dari Pulau Buru, yang menceritakan perjuangannya berdakwah sejak tahun 1985 di daerah terpencil tanpa listrik, sinyal, maupun gaji memadai. “Saya tidak pernah berharap penuh pada kafalah. Saya berdakwah karena panggilan iman,” tuturnya dengan suara bergetar. Majdi ditugaskan ke Pulau Buru ketika berumur 18 tahun.
Ibu Aisyah Natsir (83 tahun), putri Mohammad Natsir, dalam pidatonya mengisahkan perjuangan ayahandanya yang memprakarsai pendirian rumah sakit, pendidikan, hingga jaringan dakwah berbasis pengabdian. “Abah menyebutnya dakwah bil hal — dakwah melalui kerja nyata,” ujarnya.
Dalam sambutan virtualnya, Wakil Presiden ke-10 dan ke-12 RI, Dr. H. Jusuf Kalla, menyampaikan apresiasi atas kontribusi DDII dalam menjaga ukhuwah dan dakwah hingga pelosok negeri. Ia menekankan pentingnya ukhuwah Islamiyah sebagai fondasi persatuan bangsa.
Prof. Dr. Didin Hafiduddin, Ketua Dewan Pembina DDII, menutup rangkaian sambutan dengan penegasan bahwa dakwah harus dilakukan secara komprehensif dan berkelanjutan. “Dakwah adalah solusi peradaban. Dakwah yang menjaga agama, umat, dan negara adalah kewajiban setiap Muslim,” tegasnya.
Acara ini menjadi momentum penting bagi DDII untuk menyatukan langkah dalam menghadapi tantangan zaman, memperkuat kaderisasi ulama dan dai, serta memperjuangkan nilai-nilai Islam dalam bingkai keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Untuk informasi lebih lanjut:
Humas Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia
📍 Jl. Kramat Raya No. 45, Jakarta Pusat
🌐 www.dewandakwah.id
📧 info@dewandakwah.id
📞 +62 21 391 8753