STID Mohammad Natsir Cetak 189 Dai, Siap Hadapi Tantangan Dakwah di Pelosok Negeri

Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah (STID) Mohammad Natsir kembali menorehkan sejarah dengan menggelar Wisuda Sarjana ke-15 pada Sabtu, 19 Juli 2025

by dewandakwah

DewanDakwah.id, Jakarta, 19 Juli 2025 – . Sebanyak 189 wisudawan dan wisudawati, terdiri dari 114 pria dan 75 wanita, resmi dilantik dalam acara yang dihadiri langsung oleh Wakil Menteri Agama Republik Indonesia, Dr. H. Romo R. Mohammad Syafi’i, S.H., M.Hum.

Ketua STID Mohammad Natsir, Dr. Dwi Budiman Asiroji, M.Pd.I., dalam sambutannya menegaskan kembali komitmen kampus sebagai lembaga pendidikan tinggi yang didirikan oleh Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) untuk melahirkan kader-kader dai ilallah. “Tujuan utama kami adalah menyiapkan kaderisasi dai ilallah sebagai generasi pelanjut yang akan mengisi posisi-posisi keperluan kader dai baik di Dewan Dakwah Pusat maupun di daerah,” ujar Dr. Dwi Budiman.

Pesan Penting dari WAMENAG dan Kopertais

Wakil Menteri Agama (Wamenag) RI, Dr. H. Romo R. Mohammad Syafi’i, S.H., M.Hum., dalam orasinya memberikan arahan penting kepada para wisudawan. Beliau menekankan bahwa menjadi dai adalah sebuah pilihan hidup yang mulia dan membutuhkan keteladanan. “Sebagai dai, Saudara harus menjadi uswah hasanah (teladan yang baik) bagi masyarakat. Dakwah bukan hanya lisan, tapi juga melalui akhlak dan perbuatan,” pesannya. Wamenag juga berharap agar para lulusan STID Mohammad Natsir dapat menjadi agen perubahan yang membawa nilai-nilai Islam rahmatan lil ‘alamin di tengah masyarakat, khususnya di daerah-daerah yang membutuhkan.

Senada dengan Wamenag, Dr. Dadan Suherdiana (Kepala Bagian Kelembagaan Kopertais Wilayah II Jawa Barat), yang mewakili Kepala Kopertais, menyampaikan apresiasinya kepada STID Mohammad Natsir. “Kami bangga dengan capaian STID Mohammad Natsir yang konsisten melahirkan dai-dai tangguh yang siap ditempatkan di mana pun. Model pendidikan kaderisasi yang diterapkan kampus ini patut menjadi contoh bagi perguruan tinggi keagamaan lainnya,” kata Dr. Dadan. Beliau juga menegaskan dukungan Kopertais terhadap pengembangan STID Mohammad Natsir, termasuk rencana pembukaan program Magister Ilmu Dakwah, dengan harapan dapat terus berkontribusi dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia bidang dakwah di Indonesia.

Sistem Kaderisasi Unik Tiga Tahap

STID Mohammad Natsir menerapkan sistem pendidikan kaderisasi unik yang membedakannya dari kampus lain, meliputi tiga tahapan wajib:

  1. Tahap Asrama (2 Tahun): Seluruh mahasiswa wajib tinggal di asrama untuk pembentukan karakter dai, penyelesaian hafalan Al-Qur’an (minimal 5 juz) dan hadis (Arba’in Nawawiyah), serta penguatan ilmu dasar Islam.
  2. Tahap Berbasis Masjid dan Majelis Taklim (2 Tahun): Mahasiswa pria wajib tinggal dan mengabdi di masjid sebagai “marbot” di 120 masjid mitra, sementara mahasiswi membina 43 majelis taklim. Pada tahap ini, mahasiswa juga mengikuti program Kafilah Dakwah selama sebulan penuh di bulan Ramadan, dikirim ke ratusan titik di seluruh Indonesia.
  3. Tahap Berbasis Masyarakat (Minimal 2 Tahun): Setelah wisuda, para lulusan akan langsung memasuki pembinaan tahap ketiga, yaitu penugasan dakwah di daerah pedalaman, perbatasan, suku terasing, dan pulau terluar. Dewan Dakwah Pusat akan mengoordinasikan penempatan mereka.

Capaian dan Kontribusi Nyata

Dr. Dwi Budiman Asiroji memaparkan berbagai capaian dan kontribusi mahasiswa serta alumni:

  • Praktikum Dakwah: 33 Taman Pendidikan Al-Qur’an aktif dibina oleh mahasiswa semester 3 dan 4.
  • Pengabdian Masjid dan Majelis Taklim: Mahasiswa mengabdi di lebih dari 120 masjid dan mahasiswi membina 43 majelis taklim.
  • Lembaga Tahfidz dan Tahsin Al-Qur’an (LTC): Memiliki 84 pengajar dan 1.022 peserta dari masyarakat sekitar kampus.
  • Kafilah Dakwah: Tahun ini melibatkan 151 peserta di 16 lokasi.
  • Pengabdian di Pedalaman: 193 peserta mengabdi di 162 titik di seluruh Indonesia, dari Aceh hingga Papua, termasuk Mentawai, Enggano, Talaud, dan NTT.
  • Penelitian: STID Mohammad Natsir memiliki dua jurnal elektronik terakreditasi, yaitu Jurnal Dakwah (Prodi KPI) dan Jurnal Bina Umat (Prodi PMI).

Kisah Inspiratif Alumni: Dari Relawan Hingga Bupati

Acara wisuda juga menjadi momen untuk berbagi kisah inspiratif alumni:

  • Ustadz Ashraf Abdul Syakur (Aceh): Alumni angkatan pertama yang ditugaskan sebagai relawan tsunami Aceh pada 2004 dan kini menetap di sana selama 20 tahun, menikah dengan wanita Aceh.
  • Ustadz Agus Nadi (Mentawai): Sudah 10 tahun berdakwah di Kecamatan Sikakap, Kepulauan Mentawai, salah satu pulau terluar Indonesia, dan berhasil mengirimkan kader dari daerahnya untuk kuliah di STID Mohammad Natsir.
  • Satono (Sambas): Alumni yang kini menjabat sebagai Bupati Sambas untuk periode kedua, menunjukkan bahwa dai juga bisa sukses di kancah kepemimpinan.
  • Ustadz Kabir Kokop (Papua Barat): Mengabdi di pedalaman Arandai, Teluk Bintuni, Papua Barat, selama hampir 7 tahun.
  • Ustadz Sirojul Adfal (NTT): Dai perbatasan yang bertugas di Desa Humusu Wini, Kabupaten Timor Tengah Utara, NTT, memperkuat wilayah perbatasan Indonesia dengan Timor Leste.
  • Alumni di Dewan Dakwah Pusat: Ustadz Dr. Ujang Habibie sebagai Ketua Bidang Pendidikan dan Ustadz Muhammad Firdaus sebagai Ketua Bidang Penempatan dan Pembinaan Dai, keduanya alumni STID Mohammad Natsir.

Tantangan dan Harapan Masa Depan

Meskipun terjadi penurunan penerimaan mahasiswa baru dalam lima tahun terakhir, yang disebut sebagai fenomena umum di banyak kampus, STID Mohammad Natsir tetap optimis. Tahun ini, kampus telah menerima 200 mahasiswa baru dan akan meluluskan 189 alumni. Total saat ini ada 738 mahasiswa yang menerima beasiswa penuh, dengan jumlah alumni mencapai 1.311 orang.

Ketua Umum Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia Pusat, Dr. Adian Husaini, M.A., menyoroti tingginya permintaan dai di seluruh Indonesia yang jauh melebihi jumlah lulusan. “Tahun ini kita meluluskan sekitar 189 dai, tapi permintaan dai yang masuk ke Dewan Dakwah sudah 450. Kami kekurangan 200 lebih dai,” jelas Dr. Adian. Sebagai contoh, Morowali Utara membutuhkan 30 dai, namun hanya bisa dikirim 12, dan Provinsi Jambi membutuhkan 40 dai, tapi hanya bisa dikirim 5.

Dalam pidatonya, Dr. Adian Husaini juga menekankan bahwa menjadi dai adalah pekerjaan yang mulia dan menjanjikan. “Mana ada pengangguran sarjana kita, belum lulus saja sudah habis dipesan. Mereka kerja betul membina masyarakat, mengembangkan ekonomi, membina agama,” tegasnya. Ia menambahkan bahwa rezeki para dai dijamin oleh Allah, bahkan gaji dai senior sudah mencapai Rp 550.000 per bulan, jauh meningkat dari Rp 30.000 di masa awal Dewan Dakwah.

Suara Wisudawan: Tekad Mengabdi untuk Umat

Mewakili seluruh wisudawan, Riski Al-Ikhlas, S.Sos., menyampaikan pidato perpisahan yang penuh haru dan semangat. Riski, yang juga dikenal sebagai hafiz 30 juz Al-Qur’an, mengungkapkan rasa syukur dan terima kasih kepada seluruh civitas akademika STID Mohammad Natsir, Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia, serta orang tua dan keluarga atas dukungan yang tak terhingga.

“Kami semua adalah produk dari sistem pendidikan unik STID Mohammad Natsir, yang tidak hanya membekali kami dengan ilmu pengetahuan, tetapi juga melatih kami menjadi pribadi yang tangguh, mandiri, dan siap berjuang di jalan dakwah,” kata Ulwan. Ia menegaskan komitmen para lulusan untuk mengamalkan ilmu yang telah didapat, serta siap ditempatkan di mana pun demi kemajuan umat dan bangsa. “Kami siap mengabdi di pedalaman, perbatasan, hingga pelosok negeri, membawa cahaya Islam dan menjadi solusi bagi permasalahan umat,” tambahnya, disambut tepuk tangan meriah dari hadirin.

Warisan Mohammad Natsir dan Cita-cita Magister

Peringatan 117 tahun kelahiran Mohammad Natsir menjadi momentum untuk melanjutkan perjuangan dan pengembangan yang telah dirintisnya sejak Dewan Dakwah berdiri pada 1967. Natsir, yang juga dikenal sebagai Pahlawan Nasional dan Perdana Menteri pertama Indonesia, adalah teladan dalam pemikiran, akhlak, dan keteladanan.

Ke depan, STID Mohammad Natsir berencana membuka program Magister Ilmu Dakwah dan sedang dalam proses penyusunan pengajuan. Harapannya, program ini dapat segera terwujud dengan dukungan berbagai pihak, terutama Kementerian Agama.

Acara wisuda ditutup dengan doa dan harapan agar para wisudawan dan wisudawati senantiasa menjadi orang-orang mulia yang bermanfaat bagi umat, meneruskan perjuangan para pendiri bangsa dan Dewan Dakwah dalam membangun bangsa Indonesia yang berakhlakul karimah.

 

 

You may also like

Leave a Comment