Dalam semangat solidaritas kemanusiaan, Majelis Ulama Indonesia (MUI) menyelenggarakan forum Silaturahmi Kemanusiaan untuk Palestina di Gedung MUI Pusat, Jakarta. Pertemuan ini mempertemukan berbagai elemen bangsa, mulai dari organisasi keagamaan Islam dan non-Islam, lembaga kemanusiaan, hingga budayawan, untuk merespons kondisi memprihatinkan yang terus berlangsung di Gaza, Palestina. Laznas Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia menjadi salah satu lembaga kemanusiaan yang diundang.
DewanDakwah.id, Jakarta, 14 April 2025 – Pertemuan ini menghasilkan Pernyataan Bersama, yang menegaskan bahwa krisis di Palestina bukan hanya soal konflik agama atau politik, tetapi adalah tragedi kemanusiaan yang tak dapat didiamkan. Genosida, penjajahan, dan pelanggaran hak asasi manusia menjadi isu utama yang disoroti.
Pelanggaran Gencatan Senjata dan Arogansi Penjajah
Dalam Pernyataan Bersama tersebut, MUI dan seluruh peserta forum menyoroti pelanggaran Israel terhadap kesepakatan gencatan senjata yang dicapai pada 15 Januari 2025. Serangan lanjutan selama masa gencatan justru menunjukkan intensi Israel untuk menguasai Gaza secara permanen, termasuk rencana kontroversial untuk menjadikan wilayah tersebut sebagai “Reviera Timur Tengah” dengan cara mendeportasi warga Palestina.
Langkah-langkah represif tersebut bahkan disebut mendapat dukungan dari Pemerintahan Amerika Serikat di bawah Presiden Donald Trump, yang menambah kekecewaan dan keprihatinan masyarakat internasional.
Sikap Tegas Indonesia dan Wacana Evakuasi Kemanusiaan
Presiden RI telah menegaskan komitmen Indonesia dalam mendukung kemerdekaan Palestina. Salah satu bentuk konkret adalah kesiapan Indonesia untuk mengevakuasi 1.000 warga Gaza yang terluka dan membutuhkan perawatan medis, sebagai bagian dari misi kemanusiaan.
Namun, wacana evakuasi ini juga menuai pro-kontra. Banyak pihak, termasuk ormas-ormas Islam, meminta agar langkah tersebut dikaji secara mendalam agar tidak disalahartikan sebagai bagian dari skenario relokasi permanen warga Palestina.
Suara Bersama Lintas Agama dan Budaya
Pertemuan ini juga mencerminkan solidaritas lintas agama yang luar biasa. Perwakilan dari PGI, Parisada Hindu Dharma, Majelis Tinggi Agama Konghucu (Matakin), dan umat Buddha Indonesia turut menyuarakan kecaman terhadap genosida yang terjadi serta mendukung upaya MUI dalam menyuarakan keadilan bagi Palestina.
Prof. Sudarnoto dari MUI menekankan pentingnya langkah strategis untuk mencegah berlanjutnya genosida. Tokoh kemanusiaan seperti Dr. Sarbini dari MER-C dan aktivis Bang Onim menambahkan pentingnya diplomasi serta penguatan edukasi publik melalui media dan penerbitan buku.
Forum Zakat mengusulkan pembentukan sekretariat bersama peduli Palestina yang melibatkan publik figur dan seniman sebagai bagian dari kampanye yang lebih luas. Budayawan dan budayawati yang hadir juga menyoroti perlunya narasi kemanusiaan yang inklusif dan menyentuh hati masyarakat.
Fatwa Jihad dan Seruan Bersatu
MUI juga menyambut baik Fatwa Jihad yang dikeluarkan oleh International Union of Muslim Scholars (IUMS), yang mengajak umat Islam untuk berjihad melawan kezaliman Israel dalam berbagai bentuk: diplomasi, ekonomi, dan aksi kemanusiaan. MUI menekankan bahwa jihad militer tetap menjadi wewenang negara, dan masyarakat didorong untuk mendukung melalui cara-cara yang konstitusional dan damai.
Di akhir pertemuan, semua pihak menyepakati komitmen bersama: menjaga persatuan nasional dalam mendukung perjuangan Palestina, sambil tetap mengedepankan pendekatan damai dan bermartabat. “Kepentingan bangsa harus tetap diprioritaskan. Jangan sampai perbedaan pandangan mencederai persatuan kita,” demikian kutipan penutup dalam pernyataan bersama tersebut.