Oleh: Dr. Adian Husaini (Ketua Umum Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia)
Ini bukan buku-buku biasa. Tapi, buku-buku yang berisi analisis tentang prolematika umat dan gagasan-gagasan besar tentang kebangkitan umat. Berikut ini daftar buku dan apresiasi terhadap buku-buku para mahasiswa itu.

(1) Hikmah Sejarah untuk Indonesia Berkah, karya Azzam Habibullah.

(2) Kritik terhadap Konsep Netralitas Ilmu, karya Azzam Habibullah.

(3) Mewujudkan Insan dan Peradaban Mulia, karya Fatih Madini.

(4) Reformasi Pemikiran Pendidikan Kita, karya Fatih Madini.

(5) Solusi Kekecauan Ilmu, karya Fatih Madini.

(6) Pemikiran Islam dan Tantangannya di Era Globalisasi, karya Faris Ranadi.

(7) Kebebasan, Perspektif Barat dan Islam, karya Reisya Callista.

Azzam sempat diminta memberikan presentasi tentang bukunya ini di Masjid Baitul Hikmah BRIN (Badan Riset dan Inovasi Nasional), Jln Gatot Subroto (dulu dikenal Masjid LIPI), pada Jumat (18/2/2022). Bertindak sebagai pembahas adalah  Dudi Hidayat, Ph.D, direktur Perumusan Kebijakan Ristek dan Inovasi BRIN. Dalam pembahasannya, Dudi Hidayat menyarankan agar Azzam terus melakukan penelitian dan penulisan tentang masalah tersebut. (https://mediadakwah.id/dalam-kajian-masjid-brin-mahasiswa-stid-m-natsir-kritik-konsep-netralitas-ilmu/).

Buku  “Kritik terhadap Konsep Netralitas Ilmu” ditulis dengan metode akademik ilmiah. Buku ini karya kelima Azzam. Tetapi, juga buku pertamanya dalam kajian keilmuan yang ditulis secara utuh. Buku setebal 174 halaman ini memiliki daftar pustaka sebanyak 99 buku.  Tentu saja, ini buku serius untuk ukuran mahasiswa dua puluhan tahun.

Buku ini memberikan telaah mendasar tentang kekeliruan dan dampak buruk dari konsep netralitas ilmu. Misalnya, dalam bidang kesenian. Netralitas ilmu ini berujung pada netralitas nilai-nilai agama dalam pertunjukan seni. Begitu juga dalam ilmu jiwa (psikologi). Netralitas ilmu berujung pada legalitas LGBT.

Disamping aktif menulis, Azzam Habibullah juga aktif sebagai guru dan gerakan sosial. Tahun 2023, ia terpilih sebagai salah satu inovator sosial muda top dunia oleh lembaga kewirausahaan sosial dunia, Ashoka. Profil Azzam Habubullah dimuat dalam buku “Ideas That Are Changing The World: Leading Social Entrepreneurs” yang dirilis Ashoka secara global pada Kamis (12/1/2023). (https://mediaindonesia.com/humaniora/552546/mahasiswa-stid-mohammad-natsir-masuk-inovator-sosial-muda-top-dunia).

Sementara itu, buku “Solusi Kekacauan Ilmu” karya Fatih Madini merupakan buku pertama yang ditulis sebagai karya ilmiah yang utuh. Buku setebal 434 halaman (Ukuran 14 X21 cm), ini memiliki daftar pustaka sebanyak 113 buku dan puluhan jurnal serta artikel.  Secara umum buku ini menguraikan akar krisis yang menimpa umat Islam – sebagaimana disampaikan Prof. Naquib al-Attas – yaitu “loss of adab” yang merupakan dampai terjadinya “kekacauan ilmu”.

Untuk mengatasi kekacauan ilmu, Fatih Madini menyampaikan perlunya dilakukan empat hal: (1) Penanaman Adab Sebelum Pengajaran Ilmu (2) Ilmu Nafi’ Sebagai Landasan dan Jawaban (3) Pengakuan Terhadap Klasifikasi Ilmu Fardhu ‘Ain dan Fardhu Kifayah (4) Pengakuan Terhadap Otoritas pada Setiap Bidang Ilmu.

Buku Solusi Kekacauan Ilmu pernah didiskusikan di Padang pada 28/2/2022. Penyelenggaranya: WAFI (Wacana Fikir Islam) bekerjasama dengan Dewan Da’wah Sumatera Barat. “Buku ini sangat relevan buat mahasiswa yang haus ilmu di Kota Padang khususnya dan Indonesia umumnya, karena memang Fatih Madini, mencermati persoalan-persoalan penting keilmuan yang senantiasa dihadapi oleh Mahasiswa saat ini,” tulis WAFI (https://www.facebook.com/174409233150814/posts/1042319586359770/).

Metsra Wirman MA, dosen Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat, menyatakan buku Solusi Kekacauan Ilmu diharapkan dapat memudahkan generasi muda memahami masalah keilmuan dalam Islam. Juga, diskusi malam itu diharapkannya menjadi pemicu untuk para dosen dan mahasiswa lebih giat meneliti dan menulis. Dan yang terpenting, mendorong tumbuhnya budaya ilmu di dunia kampus dan masyarakat.

Saat masih nyantri di Pesantren At-Taqwa (umur 16 tahun), Fatih Madini sudah menerbitkan bukunya yang berjudul “Mewujudkan Insan dan Peradaban Mulia”. Dua tahun kemudian, ia menerbitkan buku keduanya dengan judul “Reformasi Pemikiran Pendidikan Kita”. Kedua buku ini merupakan kompilasi pemikirannya tentang ilmu, pendidikan, dan peradaban.

Sementara itu, buku Reisya Callista, “KEBEBASAN: Perspektif Barat dan Islam”, baru diluncurkan pada 6 April 2024.  Dr. Syamsuddin Arif memberikan komentar atas buku ini: “… buku yang ditulis oleh cendekiawan muda ini coba menawarkan jawaban secara filosofis dan islamis, dengan menilik berbagai pendapat para pemikir Timur maupun Barat. Selamat membaca!”

Sedangkan Dr. Nirwan Syafrin menyatakan: “(Penulis) mencoba menampilkan konsep kebebasan Islami yg sejalan dengan fitrah manusia. Pandangannya ini dia ramu dari pikiran Prof. Naquib Al Attas yang berserakan dalam karya-karyanya. Sebuah karya yg sangat bermanfaat.” 

Reisya Callista adalah salah satu mahasiswi STID Mohammad Natsir angkatan kedua jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) dengan spesialisasi Jurnalistik dan Pemikiran Islam. STID Mohammad Natsir terus berusaha menerapkan konsep pendidikan tinggi sebagaimana yang dijalani oleh Mohammad Natsir.

Para mahasiswa STID Mohammad Natsir itu bukan hanya kuliah formal, tetapi juga aktif mengajar dan menulis serta terlibat dalam perjuangan dakwah Islam. Sejatinya, inilah model Perguruan Tinggi Ideal. (Lebih jauh, lihat buku: Adian Husaini, Perguruan Tinggi Ideal di Era Disrupsi, YPI At-Taqwa Depok, 2021).